Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Wayang Kulit Gagrag Banyumasan

Gambar
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, masyarakat Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di wilayah Banyumas cenderung mengikuti pedalangan gagrag atau gaya Banyumasan . Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur Kedu, baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya. Bahasa yang dipergunakan pun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor atau Carub. Jika dalam punakawan Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya masyarakat Banyumas. Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang kental, dan dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di

Angguk

Gambar
Angguk Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke-17, dibawa oleh para penyebar agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut dengan hiasan garis merah, tanpa alas kaki, mengenakan kaos kaki panjang sebatas lutut, serta memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana besar) dan angklung. Syair lagu-lagu Tari Angguk diambil dari kitab Barzanji , berbahasa bahasa Arab.

Lengger-Calung

Gambar
Lengger-Calung Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah Banyumas. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Gerakan khas tarian lengger antara lain geyol, gedheg, dan lempar sampur. Dahulu, penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, namun kini umumnya ditarikan oleh wanita cantik, sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana. Badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul

5 negara pengguna bahasa jawa

Gambar
1. Suriname Suriname merupakan salah satu negara yang berada di Amerika Selatan, dulu negara ini bernama Guyana Belanda dan merupakan negara bekas jajahan Belanda. Pada tahun 1890-1939 banyak orang Jawa yang dibawa ke negara ini dari Hindia-Belanda, sehingga tak heran jika sekarang ini ada sekitar 75.000 orang Jawa yang telah tinggal di Suriname dan mereka tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian mereka. 2. Singapura Singapura merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk orang Jawa yang terbilang cukup besar, bahkan di negara ini terdapat beberapa kampung Jawa yang dihuni oleh orang Jawa asli. Pada tahun 1825 banyak orang Jawa dari Jawa Tengah yang dibawa ke Singapura, mereka dipekerjakan di negara ini sebagai buruh perkebunan karet, pekerja kereta api, dan juga sebagai pekerja di konstruksi jalan raya. Beberapa kampung Jawa yang ada di Singapura, yaitu berada di Rochor dan Kallang. Semua orang Jawa yang menetap di negara ini hidup rukun dengan orang