Wayang Klitik (atau Karucil)




Wayang Klitik (atau Karucil)
Bentuk wayang ini mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu, bukan kulit. Mereka juga menggunakan bayangan dalam pertunjukannya. Kata “klitik” berasal dari suara kayu yang bersentuhan di saat wayang digerakkan atau saat adegan perkelahian, misalnya. Kisah-kisah yang digunakan dalam drama wayang ini berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala , Kediri, dan Majapahit. Cerita yang paling populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini dipenuhi dengan kisah perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik.
Banyak orang menamakanya wayang kllithik.Wayang ini terbuat dari kayu,bentuknya mirip wayang kulit. Biasanya meceritakan DamarWulan dan Majapahit. Untuk menancapkan Wayang klithik tidak ditancapkan di pelepah pisang seperti wayang kulit tetapi menggunakan kayu yang telah diberi lubang lubang.

Perangkat pertunjukan.

Perangkat untuk mengiringi pertunjukan wayang klitik ini, memakai gamelan dengan laras slendro berjumlah lima macam, yakni : kendang, saron, ketuk, kenong, kempul (barang) dan gong suwukan.

Waktu-waktu pertunjukan

Pada masa lalu, pertunjukan wayang Klitik merupakan pertunjukan yang bersifat ritual sakral. Diadakan pada waktu-waktu tertentu pada setiap tahun, misalnya pada hari raya, pad waktu dilakukan bersih desa. Keduanya ditanggap oleh desa setempat dan biasanya bergiliran dari satu desa lainnya. Ditanggap secara pribadi pada pesta-pesta perkawinan dan upacara-upacara ritual lainnya yang menurut tradisi merupakan bagian upacara yang harus dilakukan. Pada hari-hari biasa merupakan pertunjukan barangan yang singkat di tempat-tempat umum seperti alun-alun, dijalanan dan di rumah-rumah penduduk yang hanya ingin menanggap untuk sekedar kesenangan. Sifatnya menjadi komersil profaan. Seringkali pula pertunjukan dilakukan ditempat-tempat yang ramai seperti di Pasar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pituduh lan Wewaler

Wayang Kulit Gagrag Banyumasan

Kesenian Banyumas (bongkel, buncis, aksimuda, salawatan, cowongan, ujungan)